Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi informasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
Sayangnya, dari perangkat lunak hingga perangkat keras, semuanya dapat menjadi target potensial bagi para pelaku kejahatan digital yang disebut peretas atau hacker.
Namun, yang mengejutkan, tren dalam komunitas peretasan semakin menunjukkan minat yang lebih besar terhadap perangkat yang lebih kecil dan lebih saku: yaitu smartphone atau ponsel pintar.
Artikel ini akan mengungkapkan alasan di balik pergeseran fokus para hacker dari laptop atau PC ke perangkat mobile, serta dampaknya yang semakin meningkat pada keamanan digital kita.
Smartphone Lebih Banyak Memuat Data Pribadi
Salah satu alasan utama mengapa hacker saat ini lebih tertarik untuk mengeksploitasi smartphone dibandingkan dengan laptop atau PC adalah karena perangkat mobile ini seringkali memuat lebih banyak data pribadi pengguna.
Dari pesan teks, panggilan telepon, hingga aplikasi media sosial, smartphone berperan sentral dalam kehidupan sehari-hari kita kini.
Hal itu secara tidak langsung mengubah ponsel kita untuk berfungsi sebagai gudang besar informasi pribadi.
Data-data sensitif seperti nomor kartu kredit, kata sandi, informasi finansial, dan detail pribadi lainnya seringkali tersimpan dalam smartphone.
Oleh karena itu, kehilangan atau kebocoran data dari perangkat mobile dapat memiliki konsekuensi yang serius, termasuk pencurian identitas dan penyalahgunaan finansial.
Itulah sebabnya para peretas kini cenderung mengincar smartphone sebagai target utama mereka untuk mendapatkan akses ke informasi yang berharga tersebut.
Target Phishing Melalui Aplikasi
Tren selanjutnya yang membuat smartphone menjadi sasaran utama bagi hacker adalah metode phishing yang semakin populer melalui aplikasi.
Aplikasi adalah pintu masuk ke dunia digital yang luas, dan seringkali pengguna mengunduh aplikasi dari sumber yang kurang terpercaya.
Faktanya, hal ini memberikan peluang bagi peretas untuk menyusup dengan menyamarkan diri mereka sebagai aplikasi yang sah.
Melalui pesan atau email palsu, peretas bisa menggoda pengguna untuk mengklik tautan yang mengarah pada unduhan aplikasi palsu.
Setelah aplikasi ini terpasang atau diinstal oleh pemilik ponsel, peretas dapat dengan mudah mencuri semua data sensitif yang ada di situ atau bahkan mengendalikan perangkat tersebut secara langsung.
Dalam beberapa kasus, aplikasi palsu ini bahkan mampu mengakses kamera dan mikrofon perangkat, mengintip aktivitas pengguna, atau merekam percakapan tanpa izin.
Faktanya, ketika hacker berhasil meretas sebuah smartphone, mereka biasanya akan langsung dapat dengan leluasa mencuri informasi pribadi atau mengendalikan akun sosial media.
Atau bahkan, meretas ke akun perbankan pemilik ponsel secara online.
Dengan meningkatnya kasus phishing melalui aplikasi, pengguna smartphone diingatkan untuk lebih berhati-hati dalam mengunduh dan memverifikasi aplikasi yang mereka instal.
Terlebih, sangat disarankan untuk tidak merespons pesan atau email yang mencurigakan, apalagi mengklik tautan apa pun yang ada di dalamnya.
Smartphone Selalu Lebih Terhubung dengan Internet
Keunggulan lain dari smartphone yang menjadikannya target utama bagi hacker adalah koneksi internet yang selalu aktif.
Jika dibandingkan dengan laptop atau PC yang sering kali harus dihidupkan atau diaktifkan secara manual untuk terhubung ke internet, smartphone cenderung selalu dalam keadaan online, bahkan ketika dalam mode siaga.
Hal ini memberikan kesempatan bagi peretas untuk secara terus-menerus memantau dan meretas perangkat, mengakses data pengguna, dan mengambil alih kendali.
Selain itu, dengan adanya konektivitas internet yang konstan, hacker dapat menyebarkan malware, virus, atau perangkat lunak berbahaya melalui jaringan internet si pemilik ponsel.
Hal ini bisa berujung sang hacker kemudian dapat menginfeksi sejumlah besar perangkat yang terhubung dalam koneksi yang sama (Wi-Fi atau LAN) dengan cepat.
Koneksi internet yang terus-menerus juga memungkinkan hacker untuk menjalankan serangan jarak jauh.
Itu termasuk serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang dapat mengganggu layanan online dan situs web populer.
Oleh karena itu, smartphone yang selalu terhubung dengan internet merupakan target yang sangat menarik bagi peretas.
Mereka tak hanya bisa memiliki peluang untuk mencuri data atau meretas perangkat tersebut, tapi juga meluncurkan serangan cyber yang merusak ke banyak perangkat lain.
Memiliki Tingkat Keamanan Lebih Rendah Dibanding PC
Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan sebelumnya, smartphone juga seringkali memiliki tingkat keamanan yang lebih rendah dibandingkan dengan PC atau laptop.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk sistem operasi yang lebih terbuka dan kurangnya perangkat keamanan yang kuat.
Sebagian besar smartphone menggunakan sistem operasi yang bersifat terbuka, seperti Android atau iOS, yang memungkinkan pengguna untuk mengunduh dan menginstal aplikasi dari berbagai sumber, termasuk sumber yang kurang terpercaya.
Hal ini dapat membuka celah bagi peretas untuk menyusup dengan menyelipkan perangkat lunak berbahaya atau malware ke dalam aplikasi yang tampak sah.
Selain itu, pengguna smartphone secara umum cenderung masih kurang waspada terhadap keamanan digital dibandingkan dengan para pengguna PC atau laptop.
Kelengahan ini yang bisa membuat mereka lebih rentan terhadap serangan phishing, penipuan, atau upaya peretasan.
Memang saat ini sudah ada berbagai aplikasi keamanan yang tersedia untuk melindungi smartphone.
Namun nyatanya, masih banyak pengguna yang sering kali kurang berinvestasi dalam perlindungan perangkat mereka dibandingkan dengan pengguna PC.
Dengan keamanan yang lebih rendah, smartphone jelas menjadi target yang lebih menarik bagi hacker yang mencari celah untuk memanfaatkan kerentanannya.
Oleh karena itu, penting bagi pengguna smartphone untuk meningkatkan kesadaran keamanan mereka dan mengambil langkah-langkah perlindungan yang diperlukan untuk melindungi perangkat dan data pribadi mereka dari potensi serangan cyber.
Lebih Sering Terhubung dengan Aplikasi Keuangan
Smartphone modern tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, tetapi juga sebagai alat untuk mengelola keuangan pribadi.
Banyak pengguna mengandalkan aplikasi perbankan, dompet digital, atau platform investasi di smartphone mereka untuk mengakses rekening bank, mengirim dan menerima uang, atau bahkan berinvestasi dalam saham dan mata uang kripto.
Ketika smartphone digunakan untuk transaksi keuangan, ia menjadi target yang lebih menarik bagi peretas yang mencari peluang untuk mencuri informasi keuangan atau mengakses akun bank.
Faktanya, serangan phishing yang ditargetkan pada penggunaan aplikasi keuangan yang populer telah menjadi semakin umum.
Biazanya peretas mencoba mengecoh pengguna dengan menyamar sebagai layanan keuangan yang sah untuk mencuri data login atau akses ke akun mereka.
Selain itu, dengan adanya dompet digital dan pembayaran nirkontak, pengguna smartphone seringkali menyimpan informasi pembayaran yang sensitif di perangkat mereka.
Hal ini menciptakan risiko tambahan jika perangkat tersebut diretas atau hilang.
Karena smartphone seringkali menjadi alat utama dalam manajemen keuangan pribadi, penting bagi pengguna untuk memastikan bahwa perangkat mereka dilindungi dengan kuat.
Mereka perlu selalu waspada terhadap upaya peretasan yang mengintai dalam lingkungan digital yang semakin kompleks dan berbahaya.